Masjid Agung Al Jihad merupakan sebuah masjid legendaris yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan, yang sudah berdiri sejak lebih dari seabad yang lalu. Selain punya sejarah yang panjang, masjid ini juga sempat melegenda dan menjadi ikon siaran adzan magrib di televisi nasional TVRI pada 1960an.
Lokasi Masjid Agung Al Jihad ada di pertigaan ruas jalan Ki Hajar Dewantara dengan jalan H. Usman, Ciputat, tepat di belakang Pasar Ciputat yang juga cukup populer. Masjid ini dapat diakses lewat jalur utama jalan raya Jakarta-Bogor. Selain itu, masjid yang cukup legendaris ini juga cukup dekat dengan perbatasan Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.
Sekilas Tentang Masjid Agung Al Jihad
- Lokasi: Jl. Kihajar Dewantara No.2-4, Ciputat, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15411
- Dibangun: 1920an
- Luas: 3.000 meter persegi
Cara Menuju Masjid Agung Al-Jihad
Untuk menuju Masjid Agung Al Jihad dari arah Jakarta Selatan, kamu bisa menggunakan POIN Square atau terminal MRT Lebak Bulus sebagai patokan. Ikuti saja jalur utama Jakarta-Bogor ke arah Ciputat. Sekitar 4,5km kemudian, saat kamu melihat flyover, ambil jalur bawah lalu putar balik di bawah flyover sekitar 500 meter kemudian, atau putaran balik kedua. Setelah putar balik, langsung ambil jalur kiri dan belok kiri pada belokan pertama. Masjidnya ada di sebelah kanan, sekitar 50 meter dari belokan terakhir ini.
Untuk kendaraan umum, kamu bisa menggunakan MRT atau TransJakarta dan turun di Stasiun Grab Lebak Bulus atau POIN Square. Dari sini, kamu bisa menyambung dengan angkot D01 jalur Kebayoran Lama-Ciputat, dengan warna biru muda. Nah, saat naik angkot ini, kamu bisa bersiap-siap saat angkot telah melewati jalur masuk flyover. Kamu bisa turun sekitar 450 meter dari sini atau berpatokan pada jalur yang menikung ke kiri. Kamu juga bisa memberi tahu pengemudi untuk menurunkan kamu di dekat Masjid Al Jihad. Nanti, pengemudi akan menurunkan kamu di titik ini. Dari sini, kamu bisa menyeberang dan berjalan ke arah jalan Ki Hajar Dewantara yang sedikit menanjak sekitar 50 meter jauhnya. Kamu akan melihat Masjid Agung yang berwarna hijau ini di sisi kanan.
Sejarah Masjid Agung Al-Jihad

Tahun berdiri masjid Agung Al-Jihad sekitar tahun 1920an. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Masjid Al Jihad Ciputat, Sarifudin Ely, seperti dikutip dari Kompas.com. Meski demikian, Sarifudin juga tidak tahu pasti kapan tepatnya masjid ini dibangun. Diceritakannya, Masjid Al-Jihad punya sejarah yang menarik sekaligus menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda.
Sebelum masjid legendaris ini berdiri, lokasi masjid digunakan sebagai bangunan untuk aktivitas kerajaan Belanda, salah satunya adalah penjara Belanda. Bangunan penjara itu sekarang memang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut Sarifudin, lokasinya tepat di sebelah gedung Masjid Al-Jihad yang sekarang.
Nah, berdasarkan cerita yang beredar turun-temurun, bangunan penjara tersebut berhasil direbut oleh jawara-jawara Banten, yang memang terkenal tangguh dan pemberani. Namun demikian, Sarifudin tidak dapat memastikan akurasi cerita tersebut karena hanya disampaikan secara turun-temurun.
Tak lama setelah itu, datanglah seorang saudagar dari Timur Tengah yang bernama Tuan Wan Salim. Wan Salim, yang kemudian menikah dengan perempuan keturunan Tionghoa lantas membeli ribuan meter persegi lahan, yang dulunya masih hutan dan semak belukar. Sebagian lahan tersebut lantas diwakafkan kepada warga untuk dijadikan sebagai tempat ibadah.
Awalnya, tempat ibadah yang berdiri pun tak semegah sekarang, bahkan bentuknya hanya surau atau musala. Baru pada tahun 1920an warga membangun musala tersebut menjadi sebuah masjid yang besar dan megah untuk ukuran saat itu. Selanjutnya, masjid tersebut berubah menjadi Masjid Agung Al Jihad setelah dikelola oleh Yayasan Masjid Agung Al-Jihad sekira tahun 1999.
Reputasi Masjid Agung Al-Jihad

Pembangunan masjid tersebut menjadikannya ini begitu megah dan elok, bahkan sebelum berubah nama. Stasiun TVRI sampai menjadikannya sebagai ikon siaran azan magrib di TVRI pada tahun 1960-an dan membuatnya terkenal hingga ke Jakarta dan sekitarnya.
Pada masa itu, masjid ini selalu dipenuhi jamaah-jamaah dari berbagai daerah. Masjid ini bahkan selalu penuh pada hari-hari besar umat muslim, terutama Idul Fitri. Pesona dan kemegahannya membuat orang penasaran dan berbondong-bondong datang. Tak jauh berbeda dengan yang terjadi saat ini, ya? Di mana orang-orang berbondong-bondong datang untuk beribadah ke masjid-masjid yang memiliki arsitektur menawan.
Arsitektur Masjid Agung Al-Jihad

Tak hanya usianya saja yang membuat masjid agung ini melekat di hati banyak orang. Masjig Agung Al-Jihad memiliki desain arsitektur yang khas, yang tidak ditemui pada kebanyakan masjid masa kini. Untuk desainnya, misalnya. Kalau masjid masa kini lebih mengusung gaya minimalis yang modern, masjid ini setia dengan fasad khas Timur Tengahnya.
Bentuk terkini masjid tersebut adalah hasil rancangan insinyur Ramzi Nasrun, seperti dikutip dari Tribunnews.com. Menurutnya, masjid ini memiliki empat ciri yang membuatnya menonjol dibandingkan masjid-masjid lain, terutama masjid modern saat ini.
Menara Segi Tiga

Seperti yang lain, Al Jihad juga memiliki menara yang tinggi menjulang. Namun, perbedaan antara menara masjid agung ini dengan masjid lain adalah bentuk menaranya yang cukup unik, yaitu berbentuk segitiga.
Menurut Ramzi, desain segitiga tersebut bukan dipilih semata-mata karena pertimbangan estetika. Bentuk tersebut memiliki filosofi khusus, yaitu melambangkan ajaran agama Islam yang utama, yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan.
Mihrab hitam Seperti Ka’bah

Ciri khas kedua dari masjid agung adalah mihrabnya. Ramzi menjelaskan bahwa ia memilih desain mihrab yang menyerupai mihrab Ka’bah, termasuk warnanya yaitu hitam. Ini dilakukan agar setiap orang yang beribadah di sini merasa seperti sedang beribadah di Mekah.
Mihrab sendiri adalah cekungan setengah lingkaran atau tempat khusus yang berada di dinding paling depan masjid atau musala, yang fungsinya menjadi petunjuk arah kiblat. Mihrab juga tempat Imam memimpin salat berjemaah.
Jendela Masjid Maroko

Ciri khas lain dari masjid ini adalah jendelanya yang unik bergaya mediterania dengan ornamen-ornamen dan lekuk-lekuk yang khas. Pola jendela seperti itu tidak banyak ditemukan pada masjid-masjid di Indonesia. Menurut Ramzi, pola tersebut memiliki kemiripan dengan pola jendela masjid-masjid di Maroko.
Pintu Besar dan Engsel Khusus

Ciri khas terakhir yang sengaja diaplikasikan sang insinyur untuk membuat tampilan Masjid Al Jihad semakin estetik adalah pintu berukuran raksasa. Secara kasar, tinggi pintu ini bisa mencapai 5 sampai 7 meter.
Ramzi mengatakan bahwa untuk membuat pintu sebesar itu, ia harus mendatangkan kayu jati dari daerah lain. Tak cuma itu, engselnya pun harus dipesan secara khusus karena engsel pintu yang ada tidak akan mampu menahan beban pintu sebesar itu.
Masjid Agung Al-Jihad sebagai salah satu yang legendaris di sekitar Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan harus masuk salah satu ikon yang wajib kamu kunjungi, apalagi saat ini memasuki bulan puasa. Nah, untuk informasi lain seputar kawasan, kamu bisa temukan di Info Kawasan Cerita Rumah.
Foto Utama: Google/Muhammad Reno